cari tau

Wednesday, 11 July 2012

Hiking and camping at gunung mandiangin


Sore hujan rintik – rintik tidak menjadi halangan kita unutk tetap melanjutkan agnda yang sudak kami utuskan sebelumnya. Satu per satu kwan  kawan mulai berdatangan ke base cam yang sudah disepakati sebelumya. Hujan rintik – rintik, dingin menjadi tantangan bagi kita unutk menempuh medan yang akan kami tempuh. Kamipun tiba di base cam di bawah bukit serta merapat untuk parkir seta mempersiapkan apa pun yang perlu dipersiapkan. Kebetulan dibase cam sudah kenal denga seseorang yang telah benar- benar dengan kondisi cuaca alam serta kondisi medan yang akan kami tanjaki.

Jepret dari belakang
Oke, sebelum naik ke puncak jpret dulu, ini bagian yang menyenagkan dan bagian yang asyik sampe ndak terasa cappe itu. Medan dibawah masih dapat ditoleransi tanjakan yang masih belum begitu terjal serta kemiringan yang masih bisa dijalani dengan santai tanpa engos – engosan kami lalaui denga santai – santai saja.

Tiba pada air terjun yang umayan waktunya  jpret again, sayagnya air pada tempat tersebut tidak terlalu banyak sehingga mengurangi daya eksotis nathural dari water fall tersebut (gayanya pake bahasa inggris segala, biar ga dikatain kuper).




Air terjun mandiangin

“Ayo, foto disini..” eh, kaliamat itulah yang sering terucap, hehe..

“Eh, disini lokasinya bgus ni, fotografer mainkan..” ya kira kira seperti itulah ekspresi orang – orang skarang.

Perjalanan pun kami lanjutkan bersama – sama dengan ucapan Basmalah kita langkahkan kaki lagi. Hup.. hup.. hup, lumayan medan agak semakin terjal, semakin penasaran dengan medan yang sedang menghadang didepan.

“Kita ntar sholat diaman ni..”  sholat di lokasi kolam belanda aja kah.
Sebelumnya memang ga tau kek apa lokasi – lokasi dan medan yang akan ditempuh. Tibalah pada pos kolam belanda,

“Istirahat yukk..” ternyata rintikan hujan semakin lebat, “Kita istirahat aja disini,” tim kami pun beristirahat di rumah yang berklamufase jadi warung, “Eh, tadi sangu roti ga.. dah laper nih.”
Bisik salah satu temen “Harga – harga disini lebih mahal loh..”
Ya iya, juga ya.. kan transportasi untuk ke lokasi ini perlu biaya dan energi juga ya. Dengan rasa perut yang lapar pun kami tahan,

“Ujannya udah agak reda nih, yukk lanjut..” Oke, deh pendakian pun kami lanjutkan. Lokasi di daerah kolam terdapat sungai air yang jernih, entah darimana sumber air ini, yag jealas ya dari atas pegunungan kan.

Disekitar sungai kami temui orag “Permisi.. Mari..”
Orang itu bilang “Mau kemana nih, wah pasti ada apa – apa ni”

Dalam hati, emang ada apa ya diatas, masih penasaran medan dan lokasi apa yang akan ditempuh.
Semakin ke atas medan pun semakin curam, bebatuan semakin besar, udara semkin dingin, malam semakin larut, pohon – pohon kecil serta ilalalng semakin menyempitkan jalanan.

“hoss.. hoss.. hos.., gimana istirahat kah..” teriak satu dari kami.
“Yaakk.. kita berhenti sebentar” kaki pun mulai agak terasa cenut – cenut.
“Eh, panoramanya bagus ni..” semua mata tertuju pada yang megamng camera.
“Oke, siap siap ambil posisi buat jepreet..”



Medan yang agak atas, tp masih santai 



Kamipun disela – sela istirahat ngambil gambar, “gimana udah cukup kan istirahatnya.., kita lanjut lagi yuukk”. “Oke, yuukk bismillah...,”

Pendakian kali lanjutkan, semakin ke atas ternyata emang benar, memang medan semakin terjal, kemiringan tanah mulai tidak teratrur, kira – kira 75 derajat nih, gaya gravitasi semkin berat, sebentar – bentar kami absen satu – satu, memastikan tiap rombongan tidak ada yang jaraknya terlalu jauh jaraknya.



Suasana senja

Di medan ini, mungkin medan yang memang lumayan ekstrim bagi pendaki pemula kek kami ini (eh, mungkin beberapa dari kami aja, tapi bukan saya. Hehe). Jadi teringat bersama kawan – kawan dulu ketika jelajah di daerah kota tercinta apa lagi kalau bukan Blitar City. Walaupun ga serame yang dulu tapi lumayan neg jajal kemampun ku lagi nih. Tapi kalau medannya sih, agak lumayan yang satu ini soalnya medan ini memang benar – benar buat umur ya kek kita – kita  ini. Kalau dulu itu medanya emang ya disesuaikan dengan umur kita yang masih duduk di kelas MTs Al Muslihuun Tlogo.

Kita kembali lagi ke sini, hehe. Ini memang benar – benar sudah gelap, fasilitas handphone kami sangat amaaat berguna bagi kami. Segera kami menyalakan benda yang satu ini. Lumayanlah dari awal kami yang udah siap sedia ma benda yang satu ini.

Tanah yang agak basah, peniggalan dari hujan tadi menambah tantangan medan, belum lagi pepohonan yang kadang malang – melintang di jalur pendakian yang lumayan sempit memaksa kita melompat, mengangkat kaki yang lumayan cenut cenut, tp cuman dikit aja sih batag pohon, pohonnya pun juga pohon yang kecil kok ^_*.

“Alhamdulillah..” jalur kendaraan sudah kami lihat didepan mata. Sedikit sok tau, “Ini jalan kok ada ya, mungkin emang sengaja dibuat nih ma orang – orang belanda, buat disribusi pasokan makanan bagi penjaga benteng di atas gunung, emang orang belanda hebat,” didalam hati “Bener – bener orang belanda udah mikirin apa – apa yang dibutuhin buat bawahanya”. Masih belum tau seperti apa wujud yang ada didepan tempat yang sedang kami tuju, tapi udah liat sih dari foto – foto album temen yang udah di upload di facebook, Hehehe.

Udara semkin dingin.. “Huass.. huass.. (bunyi angin)” namanya aja gunung mandiangin, jadi ya banyak anginya “Hehe..”. Terlihat didepan mata ada sebuah bangunan tua yang memang udah tua, dan memang bangunan ini bengunan belanda, selalai lagi bertemu dengan bangunan belanda. Emang jika kita amati pada negera - negara jajahan belanda pasti pada negara yang dijajah tersebut akan meninggalkan sebuah  bangunan - bangunan yang kokoh dan awet.

Setelah kesulitan, pasti ada kemudakan. Jalanan sudah datar namun udara dan atmosfir pegunungan pada senja yang sudah semakin larut, menjadi tantangan berikutnya "Huuwwwsss... Huuwwwsss,.." Bunyi angin yang sedang menerpa pepohonan yang lumayan lebat. Sekitar beberapa menit perjalanan Alhamdulillah sudah sampai di tempat tujuan base cam kami dan para pendaki lainnya yang ingin bermalan di gunung. 

Namnya benteng belanda, dengan segera kamipun mempersiapkan kayu unutk menyalakan api ungun untuk mengusir udara dingin yang semakin menjadi - jadi. 

ceteekk... cetek.. (Bunyi korek buat nyalain api) kok ga bisa nih, "Cari pelastik, cari plastik.." celetup salah seorang dari kami, "Oke.. ini plastiknya.." tapi sekian lama mencoba kok ga nyala - nyala ya. 

Saya pun dengan sigap dan segera mngelurkan kompor portable,
"Ini dia solusi kita.. ane masak mie dulu ya.."

"satu, dua, tiga" (ngitung persediaan pasokan mie, sambil disesuaikan dengan banyaknya tim). "Wah, kita cuman bisa makan sekarng ma pagi aja nih." persediaan mie cuman cukup buat dua kali makan saja.

"Eh, airnya mana.."
"Waahh.. sini ga ada air nih, kita cuman bawa air dari pemberian base cam dibawah tadi aja, itu pun juga dua botol besar aqua sama 1 botol kecil, wihh.. ini harus cukup buat makan dan minum nih.."

Ternyata setiba di tempat puncak kami belum tau tempat sumber air. Dengan sangat hati - hati dan dengan rasa haus serta lapar kami tetap bertahan. Seperti dalam sebuah peperangan zaman penjajahan kolonial belanda, tempatnya pun memang benar, ini tempat benteng belanda.

----Prememori
Sebelumnya kami udah sholat kok, walaupun hiking and camping di puncak gunung jangan lupa kewajiban yang harus dilaksanakan yaa.. walau ga ada air tayamum pun juga bisa.

Kembali ke gunung, kami pun dengan rasa yanng lumayan menguras tenaga dalam perjalanan pendakian, satu - persatu mulai merebahkan badan kami ke tikar yang sudah kami bawa dan kami gelar sebelumnya.

Akhirnya semuanya tertidur pulas, detik - demi detik, jam demi jam, akhirnya udara yang sangat dingin yang menusuk - nusunk membangunkan kami satu - persatu.

Buka hp, ternyata udah hampir jam 1 pagi,
"Eh, keknya ada sms.. hehe, sinyal IM3 ternyata hebat, bisa tembus puncak, tp keknya ga etis balas sms malam - malam"

Abu dan arang kayu bakar api unggun

Klip.. klip cahaya api ungun yang terus bergerak karena angin, "Kayu habis..."
Segera kami walaupun malam dengan rasa dingin yang menusuk tetap melangkahkan kaki unutk mencari bongkahan - bongkahan kayu bakar. Satu demi satu kayu bakar untuk tetap bertahan dalam udara yang lumayan ekstrim.


Api unggun di dalam benteng belanda

Memang suasananya agak gimana gitu, bagi yang baru pertama datang. Tapi ya biasa aja mau tinggal dimana lagi yang penting selalu inggat pada Sang Pencipta Alam. Rasa kantuk, energi yang lumayan terkuras habis, lapar akhirnya tubuh kami ke tempat tikar unutk tidur dalam suasana dingin.

"Kriiingg.. kriingg.. kringgg.." mungkin sekitar jam 3 lewat dikit hp berbunyi, anggap bunyi alarm hp seperti itu. hehe..

Ternyata hampur memasuki sholat subuh, sebelum sholat kami juga sempet sholat malam terlebih dahulu, dan sampailah waktu subuh unutk sholat berjamaah.

Setelah sholat subuh, "ayoo masak lagi,.." dengan segenap sisa air yag ada di botol aqua besar kami memasak mie untuk sesi ke dua.

"Alhamdulillah, cukup menganjal perut yang lapar.."

Setelah suasana mulai terang kami sedikit jalan - jalan mengelilingi daerah sekitar benteng belanda.

"Eh, ayo ke atas benteng.. ada apa ni." ternyata diatas benteng ada persediaan air yang sudah se paket dengan benteng belanda ini.. Jadi berfikir lagi ternyata emang orang - orang belanda hebat, mereka sudah memfikirkan sampai sedetail ini, air adalah konsumsi manusia yang saggat penting. Walaupun tanpa makan air masih dapat digunakan unutk bertahan hidup.

"Wahh.. ternyata ada ini yak.." (sambil nunjuk tempat air dengan kondisi air yang lumayan banyak). Sebelumnya kami benar - benar tidak tau keberadaan ini, kami tau keberadaan ini setelah pagi menjelang kami berkemas sebelum turun gunung.

"Eit.. ambil gambar dulu yukk.." haha..


Ambil gambar waktu setelah subuh

Ini gambar dari atas, ndak sengaja loh jadinya kek siluet. bagus kann..

Siluet
“Udah cukup nih.. kita lanjutkan perjalanan, saatnya turun gunung”


Jalanan menuju tutun gunung
Medan dan track yang kami lalaui ini, ketika turun gunung memang sengaja tidak mengunakan jalur yag sebelumnya digunakan unutk menuju puncak. Jalanan yang rata serta pemandangan yang indah membuat badan dan perjalanan ini semakin menyenagkan (tapi laper).
Sembari menikmati keindaha alam dari puncak gunung, dan juga dengan sang fotografer yang sibuk ambil gambar sana sini (itupun atas permintaan semuanya) dengan sambil berjalan.

Panorama Mandiangin

Mungkin itu gunung meratus "SubhanaAllah.."

Tampak jelas

Puas ngambil lanscape alam gunung kami melanjutkan perjalanan untuk turun gunung. Lumayan udara dinging pun sudah mulai terusir.


Medan pulang
"Sebentar.. ini bagus nih lokasinya.."

"Ahhh... pasti foto lagi nih..." Haha

Fatur (Gaya panjat tebing)

Ismail (Gaya panjat tebing)

"Dah cukup.. yukk lanjutt..."

Ditenggah perjalanan sebelum nyampe post pertama, ada pelangi .

"Eh, ada pelangi tu.. "

"Mana.. mana.." Dengan sigap kemudian segera mengambil camera dan mengambil momen itu.

Pelangi

Pelangi semakin tanpak
Dan tak lupa, disebelah pelangi ada panorama yang indah juga. Lanscape ini perlu tak dilewatkan nih.

Itu juga pegunungan meratus (Mungkin)

Jauh luas memandang


Ini foto fatur
"Eh, foto semuanya yuukk... tapi gayanya gini nih.. ini gayanya sangar loh..""Gaya apaan sih..""Gini caranya. cameranya taruh, trus setting ambil gambar banyak dengan mode otomatis, trus kita lombat.." (Ini ide ku)

"Oke deh.."
"Satu... duaa.... tigaaa..." lompaattt..
sayangnya melompatnya ga bareng.. tapi udah cukup deh.


Teknik foto terbang


Lanscape ketika pulang

Disamping foto bareng lompat

Udah semakin siang kami pun segera melanjutkan perjalanan, memang kala itu ada yang mau ngambil semester pendek.

Melanjutkan perjalanan pulang


Tebing pegunungan

Masih lumayan

Cahayanya cukup nampak

Perjalanan menuju base cam kolam belanda


Post pertama adalah tempat istirahat saat mulai mendaki tadi yaitu kolam belanda, sudai dari kolam belanda kami 



Shamuya (munir) ini yang jadi fotografer


Ini requestku, dari jauh saya udah didepan itu


Kolam belanda hampir kelihatan, dibalik itu

Post pertama adalah tempat istirahat saat mulai mendaki tadi yaitu kolam belanda, sesudah dari kolam belanda, kami bersih - bersih gelas di sungai yang jernih serta minum coffe dulu "Lumayan dibawah banyak air, jernih lagi.."
Camera pun sudah dimasukkan dalam tempatnya, jadi sudah ga ada gambar lagi ya ketika dari kolam belanda menuju parkiran motor.
Tips, buat temen - temen yang mau melakukan pendakian plesss.. baiknya pake sepatu yang khusus atau paling tidak cocok untuk pendakian misalnya sepatunya bukan sepatu kuliah, tidak licin, apalagi pake sendal sangat tidak disarankan. Kemudian agar tidak kedinginan bawalah jaket, dobel atau parasut luamayn buat perlindungan daari udara gunung yang dingin. Pasokan minuman serta makanan menjadi hal yang sangat diperhatikan, jangan sampe kekurangan pasokan ini, kalau perlu bawa makanan yang siap lagsung unutk dimakan, seperti roti dan lain sebagainya. Jika tidak ada air temen - temen juga tetep bisa sholat kok, caranya dengan tayamum, walaupun air cuman cukup buat makan dan minum itu sangat dianjurkan untuk tayamum, dan persediaan air tadi dipake buat makan dan minum.


Thank yaou for reading :)) ternyata lumayan ya.. ^_*

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung :))