“Berikanlah aku sepuluh pemuda niscaya aku akan bisa menrubah dunia”, begitulah hentakan beliau seprang tokoh utama proklamator Repulbik Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Ir Soekarno (yang peristirahatnya terletak di kota Blitar). Bila kita membicarakan sosok pemuda maka dengan sangat jelas da lugas bahwasanya hal tersebut berkaitan langsung dengan jiwa-jiwa yang penuh semangat, yang menginginkan perubahan sosok pemuda adalah sosok yang sangat diperlukan pada semua zaman. Bisa dimugkinkan bila suatau zama tanpa adanya seorang tokoh pemuda maka zaman itu akan menemukan sebuah kelamahan.
Sebuah sosok yang tampil di Indonesia sebagai lembaga pemuda pergerakan yang lahir tiga hari setelah kelahiranku yaitu 29 April 1998 di Malang, saat momentum FSLDK X. Sebuah pergerakan yang sangat mendambakan adanya peradaban di Indonedia ya.. itulah KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia). Saya mulai kenal ketika dekenalkan dengan pergerakan tersebut oleh kakak yang sebelumnya sudah kenal. Seru juga ternyata bisa ikut berperan aktif dalam sebuah lembaga pergerakan ekteren kampus
Namun tidak hanya itu juga, tidak lama kemudian sedikit-demi sedikit saya juga sadar akan pentignya sebuah pergerakan oleh seorang pemuda, kemdian tak lama setelah itu saya mulai dengan lembaga pergerakan interen kampus ya betul sekali, tak lain dan tak bukan apa lagi kalau bukan Lembaga Dakwa Kampus (LDK). Sebelum masuk dan berperan dalam beberapa lagi dan lembaga tersebut, saya tidak paham sekali apa pentingnya seorang pemuda ? dan yang lebih ironisnya lagi saya juga tidak tahu apa yang sedang terjadi di ranah saudara-saudara, teman sebaya, teman akrab, dan seluruh para pamuda di dunia kahususnya diIndonesia, yang lebih mencengangkan mengapa sih kok sampai ada dakwah-dakwahan sega toh Indoneisa ini mayoritas sudah Islam, ulama’nya sudah banyak, pengajian-pengajian sudah banyak. Itulah yang terbesit dalam pemikiraku saat awal-awal meliaht lembaga-lembaga pergerakan yang ada di kampus, ya.. wajar saja seorang mahasiswa baru yang sangat dangkal dan belum mengenal medan kampus, namun seiring waktu berlalu ternaya pemahamanku beruabh 180o, apalagi ditambah seorang yang hanya tau madrasah, pesantren yang semua muslim-muslimahnya sopan-santun. Oiya.. ada lagi malah saya dulu pernah bertanya ke salah satu kakak degan sangat lugunya “kak, kenapa sih di kampus tu kok banyak muslimhanya yang notabenya tau dan sudah paham akan hijab, tp gak pake’ jilbab”
Bermula dari pemikiran dan berbagai pertanyaan yang melintas dalam pikiran dan benakku itu, Akhirnya ku temukan sebuah kebenran yang mutlak yang tak munkin diragukan lagi. Seuatu hari ku pernah usul “gimana kalu kita usulkan kepada piminan Universitas untuk mewajibka setiap muslimah untuk memakai jilbab, dan apabila melanggar peraturan, etika norma dan nilai tersebut maka IP nilai akan berkurang beberapa point”.. sebuah pemikran pertama dariku yang mengingin sebuah perubahan peradaban yang lebih baik.
Ternya pemahamn yang pernah melintas saat awal-awal mengenal akan medan kamus yang tidak tahu akan sebuah kebiasaan-kebiasaan atau budaya-budaya diluar budaya-budaya keseharianku bisa disimpulkan, bahwa dalam benak pikiranku itu salah besar, banyak teman-teman kita, saudara-saudara kita yang masih perlu dibina dalam sebuah wadah “aneh bukan, mugkin pemahaman itulah yang belum didapat oleh teman-teman yang belum kenal dalam sebuah pergeraka-pergerakan para pemuda Muslim”.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung :))