Perjalanan pulang
itu asyik dan seru, ya walapun ada sdikit rasa tidak enak hati kan ninggalin
temen – temen, ya begitulah sudah ada jatah libur sendiri - sendiri. Seorang mahasiswa yang memang suka jalan – jalan, pekerjaan traveling itu sudah menjadi kesukaannya, bahkan sejak kecil. Perjalanan kali ini adalah
perjalanan mudik yang ke dua. Semoga ini adalah planning yang paling baik.
Memang ketika kamu menentukan pilihan itu, kamu harus yakin akan pilihanmu itu
adalah pillihan yang paling baik, dan segala sesuatu itu perlu pertimbanagn dan
perlu muhasabah atau evaluasi pada alurnya supaya apa saja yang kita lakukan
selalu menmbah kebaikan tersenidiri.
Alhamdulillah perjalanan ini menjadi perjalanan yang cocok bagi
mahasiswa bagaimana tidak, harga tiket promo ini sudah dimiliki dan sudah
diincar dari sejak beberapa bulan yang lalu dan kini tibalah jadwal itu Hehe,
pada penasaran ya berapa harga tiketnya, hmmm mungkin tidak semahal harga baju
batik yang dari toko - toko itu, yang penting adalah pengalaman bukan soal harga, ya memang harga
juga menjadi penentu dalam subuah perjalanan buat mahasiswa, kan mahasiswa cari yang cocok sama akntongnya kan. Dan ucapan terimakasih buat temen
– temen yang sudah ikut mengantarkan kami menuju bandara syamsyuddin noor
banjarmasin, gua masih ragu ni bandara di banjarmasin apa dibanjarbaru, menurut
saya, ini bandara lokasinnya ada di Banjarbaru.
Setiba di bandara,
kami segera menuju loket armada unutk menukar tiket booking via internet.
Walaupun tulisannya di depan loket “Maaf Sistem Sedang Mengalami Gangguan” saya
masih tetap nyelonong maju ke petugas yang menjaga tiket itu, dan seperti orang
– orang lainnya dengan segala ke PD an saya memberikan hape saya ke petugas itu, itupun juga berdasarkan pengamatan saya dan juga mengasihkan penerkaan kenapa
sih kok harus ngasih hape ? dan ada apa dg isi di hape tersebut ? akhirnya saya pun
memberikan hape saya dengan screen yang bertuliskan nama ahkir pada bookingan
saya berseta kode bookingan saya. Ohhh ternyata itu yaakk.. betul sekali.
Dengan sigap dan
segera kami menuju tempat check in, eh.. maaf mas masih close mas, putar, balik kanan graak. Ternyata Check in blum buka, secara tidak sengaja bertemeu dengan orang yang sama, sama – sama menunggu check
in, sama – sama dalam satu pesawat namun dengan tidak sama harga tiketneya.
Perbincangan pun mulai asyik apalagi kalau orangnya sama – sama asyik,
pertannya yang biasa dolontarkan
“mau ke mana dek ?”
“dari mana
?”
“alsalnya mana ?”
“dapat harga
tiket apa ?”
“pake pesawat apa
?” Bla.. Bla.. Bla..
Begitu deh genre
pertanyanaya, Alhamdulillah check in pun sudah open. Antrena mulai berjajar
sembari memperlihatkan tiket bookingan dari tempat petugas armada maskapai kepada petugas check in.
Setelah check in, masuk ke tempat petugas lagi untuk menitipkan bagasi dan
menukarkan tiket bookingan dengan tiket asli, nah karena saya merasa ngangap
da merasa benda – benda saya bawa ga berat dan ga merepotkan saya, maka saya ga mau nitipin ke bagasi, padahal itu
gratis.. huaaaa, (Nyesel).
Sebelum itu
masuk ke ruang penungguan sebelum masuk ke ruang pemberangkatan pesawat, kemudian sebelum masuk ke tempat penungguan itu harus baya
lagi sebesar Rp 25.000,00 sepertinya petugas itu kurang meyakinkan bagi saya untuk menyerahkan uang atau membayar, enatah bayar apa itu, dengan sangat percaya diri saya langsung nyelonong saja masuk ke tempat
penungguan sebelum penerbagan tanpa bayar sebelumnya, sembari menunggu saya mencoba dengan temen saya
mencari signal WiFi di Bandara, Hasilnya ada signal tapi ada password dan signal yang lain
lemah.
Waktu yang ditunggu tunggu sudah tiba, sekarang waktunya masuk ke tempat runag tunggu
penerbangan sebelum naik pesawat, namun sebelum memasuki runagan ini check tiket lagi dengan
petugas, saya ditanya tentang tiket yang harganya Rp
25.000,00 entah apa namanya itu. Lagsung dengan berjalan cepat saya menuju tempat petugas unutk
membayar Rp 25.00,00 itu tadi yang berada pada lantai satu :( . Naik lagi deh ke laintai dua ke dalam ruangan tempat
tunggu penerbagnan.
Di Ruang lantai 2
ruang tempat menunggu penerbagan ketemu dengan Kaluarga tetangga selebah rumah yang
tadi paginya sudah ditawari “Jar, mangko bareng aku ta ?” wah karena saya sudah
janji ma temen – temen yang yang ke bandara ya saya katakan yang
sebenarnya "Kulo sampun wonten sing barengi". “Ya wes..”kemudian ngobrol sebentar dengan keluarga tetanga
sbelah mepet tembok dirumah sebentar, dan ternyata saya dengan keluarga tadi
beda pesawat “Ya wes aku mlaku disek ya..” ucap tetangga tadi.
Ada yang menarik
lagi, sebelum masuk ke ruang tunggu keberangkatan bus yang mengangkut peumpang ke pesawat
ternyata ada cek in lagi, ditempat itu saya kehilangan gunting yang ke dua
kalinya di bandara dulu ketika di Juanda saya juga mengalami hal yang serupa dan tidak mungikn gunting itu dikembalikan. Petugasnya bilang
“Mas bawa gunting kah..” jawab saya “Ndak pak, “ Sambil memcoba membuka tas
ransel saya, “Di palstik ini mas” Ucap petugas tadi sambil menunjuk ke tas
plastik tempat sebagian baju saya “Oiya pak, sambil saya serahkan gunting itu tadi. Petugasnya bilang “Mas kalau mau
bawa gunting, gunting ditaruh dibagasi aja, di lantai bawah ya” huaaa, apan pesawat sentar lagi
beragkat udah deh saya ikhlasin aja "Guntingnya buat disini aja deh pak”, ucap saya.
Papan pengumuman
dan suara pengumuman sudah memberi aba aba untuk para penumpang unutk segera
memasuki bus yag sudah dipersiapkan untuk menuju pesawat yang segera berangkat.
Sampailah di tempat pesawat, kemudian dengan tertip para penumpang memasuki pesawat
dan mencari tempat duduk yang sudah disediaka dengan disamakan dengan kode di
ticket. Seperti biasa kode etik Internasional di dalam sebuah pererbangan ya memang seperti itu dan dengan beberapa prosedural lainnya
.
Kurang dari satu
jam pesawat sudah mulai tiba di bandara Surabaya “Alhamdulillah..”, pengen
teriak tapi biasa aja, ini masih Kal Sel – Ja Tim bro... Setiba di bandara Juanda
kemudian menuju tempat pengambilan bagasi di lantai 1, eaaa tenyata gratis ya
nitip bagasi itu. Next, cari mushola kok ga ketemu – ketemu ya, wes lagsung cari bus
damri tujuan bungurasih aja deh, beberapa menit kemudian bus segera berangkat dan sekitar 30 menit kami sudah sampai terminal bungurasih kemudian kami keluar dari damri. Sebelum menuju busnya, yasalam... Banyak calo – calo dan kawan - kawannya yang sedang cari rizki dengan model
yang macam – macam pula. Berjibaku melawan arus dan yang penting dengan mental yang
kuat tetap melangkahkan kai untuk maju, Oiya tarif harga nus damri juanda - bungur tadi atau sekitarnya jauh – dekat Rp 15.000,00. yaahh beginilah keadaan
orang masyrakat zaman sekarang kudu kuat mental, dan jangan mudah percaya
dengan orang. Alhamdulillah setelah perjuangan juga dengan mental yang kuat
akhirnya dengan tidak sengaja Allah mempertemukan kami dengan Rombongan
Keluarga yang sebelum check in di bandara syamsyuddinnor tadi, inget pesen ibu tadi “Ntar kalau
mau tanya, tanya aja sama orang yang pake seragam ya..” setiba di sini kami
mencar saya menuju setasiun dan ga tau setasiun apa yang penting ketemu dengan
bus dalam kota yang menuju setasiu terdekat dan berharap bertemu dengan orang – orang baik lainnya. Orang –
orang yang tak dikenal pun berdatangan dengan gaya yang sok akrab, sok kenal,
sok baik ya begitulah macam – macam orang. Sayapun terbujuk masuk bus yang
katanya bus dalam kota, saya ragu apa ini bener busnya atau bukan, ada orang yang ragu
juga, ya sesama orang yang ragu pun saya bertanya kepada orang itu, alhasil bus
yang saya naiki itu salah untuk bus, untung bus blum jalan, karena sopir bus tadi masih cari penumpang,
sayapun turun dan inget pesan ibu tadi “Kalau mau tanya, tanya aja kepada orang yang
pake seragam ya.” Akhirnya saya tanya ke pada orang yang memakai seragam biru
muda, mungkin ini orang dari petugas, ya saya yakin ini benar. Sepertinya memang benar - benar petugas, setelah itu
petugas mengarahkan ke bus damri lagi, agak ragu tapi tak apalah, saya duduk
agak belakang dan tidak lama kemudian sebelum penumpang dalam bus penuh, bus ini
berangkat. Bus damri ini mungkin hanya beroprasi dalam kota saja dan bus ini
juga berjalan berlahan lahan. Dalam perjalanan pun saya tetap menerka – nerka apa nanti
yang akan saya hadapi. Akhirnya petugas menarik ongkos bus damri, saya kasih aja Rp
5000,00 dan dikembalikan Rp 1000,00. Berlahan lahan ada beberapa penumpang yang turun, dan ada juga yang turun ke IAIN, itu keknya mahasiswa dan ada juga penumpang
yang turun dari pulang kerja. Perasaan ini sudah agak dekat dengan tempat tujuan saya. Itupun sesuai dengan
ingatan saya perasaan ini sudah dekat dengan setasiun wonokromo mungkin ini
cuman filling saja karena lumayan sedikit familiar kalau sudah melewati IAIN, DTC, dan Mal yang lupa
namanya itu, tapi saya masih inget pernah ke situ :D. Berlahan saya mendekati kursi depan dengan tujuan mendekati supir atau orang ayang akan turun. Saya bertanya pada ibu yang berada
pada kursi depan tepat belakang supir, kemudian saya bertanya dengan dengan gaya mau turun dari bus, saya pastikan ini sudah dekat
dengan setasium wonokromo, “Ibu, setasiun wonokromo sudah deket ya bu”, tanya
saya “Iya nak, turun disini mugkin” jawab ibu, lega kami pun bercakap – cakap dengan akrap dan dengan gaya sok deket sok kenal seperti percakaan orang – orang lainnya ketika bertemu dalam sebuha perjalanan.
Untuk memastikan jawabnya ibu tadi, Ibu bertanya ke pada pak supir bus damri,
pak supir pun menjawab dengan lugas dan jelas “Itu nak nati nyebrang saja ke
situ, lalu liat jembatan penyebrangan dari DTC yang warnanya merah itu, nah
setasiun dekat situ”, Bus pun berhenti, ucap ibu tadi ketika saya menuju pintu
“Ati- ati ya nak, nyebrangnya..”, “Makasih ya semuanya....” ucap saya dalam
hati. saya pun membri senyuman tulus
kepada Ibu dan pak supir yang sudah menjelaskan lokasi setasiun wonokromo itu,
dan ini perjalanan dengan variasi berbeda saya yang pertama. (seperti judul skripsi saja pake istilah variasi - variasi segala)
Perasaan was –
was dengan ucapan dalam hati “semoga tiket kereta menuju blitar masih ada”,
depan loket ada tulisan “Tiket doho sudah habis hari ini”, deg... dekan deh, namun
nyelonong saja saya menuju loket dan bertanya kepada petugas dan “Alhamdulillah
tiket masih ada”, melihat jam dan dengan disesuaikan jam keberangkatan KA saya
inget blum sholat, kemudian segera mencari mushola di setasiun dan saya
melaksanakan kewajiban seorang muslim. Setelah sholat selesai terdengar ada pengumuman yang
menyatakan bahwa KA sedang mengalami gangguan, “Sepertinya yang dimaksud ini KA yang menuju
Blitar deh..” ya wes ngaji Al Quran dulu deh di mushola. Waktu sholat magrib
sudah semakin mendekat saya menunngu di luar mushola dan bertanya tanya ke orang
– orang lainnya tentang jadwal KA tujuan Blitar, dan ada pengumuma KA yang menyatakan KA dengan tujuan Blitar melewati kertosono akan
berangkat, "Perasaan agak ragu, apa KA ini ya, tp sepertinya bukan deh.." saya menuju pintu masuk sebelum KA dan bertanya ke satpan “Pak, KA
ke Blitar ini ya..”, Jawab satpan “Oh, Belum mas..” ya wes saya tunggu lagi di
tempat duduk setasiun lagi. Pengumuman selanjutnya yang menyatakan bahwa KA tujuan
Blitar sedang mengalami gangguan dan sampai sekarag belum bergerak menuju
setasiun wonokromo, orang – orang pada teriak “Yaaaahhhh....” saya kira
teriakan itu percuma, itu hanya menambah kekecewaan saja, menambah rasa galau
saja, lebih baik diam.
Mungkin ini sudah
mendekati waktunya untuk berbuka puasa melihat orang sudah sibuk menyiapkan dan
membeli makanan serta minuman untuk berbuka puasa saya pun juga ikut membeli
sebotol minuman dingin, Alhamdulillah. Azan magrib sudah berkumandang saatnya
makan berbuka puasa dulu, dengan seteguk fres tea Alhamdulillah menyegarkan tenggorokan. Para
penumpang mulai melangkahkan kaki menuju mushola yang berada di setasiun
wonokromo mereka pun sholat mahgrib, namun KA yang ditunggu tak kunjung datang.
Saya putuskan untuk sholat magrib dulu. Seusai sholat magrib saya kembali
menunggu sambil bertanya kepada para calon penumpang KA yang juga menunggu
kedatangan KA, dengan cara ini lah saya dapat memastikan dengan tepat bahwa KA
yang akan saya naiki adalah KA yang benar.
Sembari menunggu kedatangan
KA , saya sedikit mengajak ngobrol dengan bapak - bapak yang usianya mungkin 50
tahunan. Ketika pembicaraan saya dengan bapak tersebut selesai, saya tetap
mendegarkan pembicaraan bapak tersebut yang berupa kritikkan terhadap KA dengan sorang bapak yang usianya lebih tua yang duduk disamping
bapak itu, yang inti dari pembicaraan tersebut
adalah mebicarakan dan mengomentari sarana dan prasarana transportasi
KA. Kita tau gerbong KA yang melewati sasiun ini bisa dikatakan jumlah
gerbongnya adalah jumlahnya 5, nah kenapa jumlah gerbong ini hanya ada 5, itu
pertanyaan yang biasanya aka muncul dalam benak masing masing. Pengurangan
jumlah gerbong itu dikarenakan pemotongan subsidi dari pemerintah, jadi jangan
salahkan pihak KA yang ketika melayai para penumpang banyak kekurangan pelayanan pada
jumah gerbong. Maksud dari pihak KA tersebut adalah agar para warga diminta untuk
mengajukan aspirasi lagsung kepda pemerintah jangan hanya kepada pihak KA saja,
mungkin sebenarnya pihak KA sudah menyuarakan perihal ini, dan suaranya kurang
didengar, ya itu bisa juga,. Bisa juga pihak KA memang belum meyuarakah perihal
tersebut kepada pemerintah sehingga memang pemerintah tidak menaikkan subsisi
atau perihal tersebut belum terurus oleh pemerintah.
Pengumuman yang
menyenagkan akhirnya datang, para calon penumpang tinggal menunggu kedatangan
KA dari kota SBY yang tujuan terakhirnya Blitar. Ada yang menarik lagi, ketika
KA yang sedang ditunggu oleh para calon penumang yang sudah risau dan galau
menunggu terlalu lama, sebelum KA yang terlalu lama ditunggu itu datang, KA
komputer yang membawa penumpang dari pulang kerja juga datang dan berhenti di
setasiun wonokromo karena yang namanya rel sepor atau rel kereta itu cuman singel aja jadi KA komputer nunggu jalannya KA tujuan akhir Blitar dulu . Memang tujuan para penumpang adalah satu “sampai tujuan
dengan aman, murah dan yang penting adalah cepat”. Setelah KA komputer itu
berhenti sifat itupun muncul, para penumpang KA komputer yang sejalur denga KA
yang saya pakai dengan berbondong – bondong balik arah putar badan grak, menuju
KA yang sudah lama kami tunggu terlalu lama itu. Al hasil penumpang dalam KA tujuan
akhir Blitar dapat tambahan penumpag dari KA komputer, padahal hak utama tempat duduk
adalah dipegang oleh penumpang KA asli tujuan Blitar yang sudah terlalu menunggu lama tadi.