cari tau

Saturday, 25 February 2012

Starbucks

Pada postingan saya kali ini terispirasi dari percakapan di facebook seseorang yang sedang ayik membicarakan tentang STARBUKS tentunya saya tak mau tinggal diam, kemudian saya cari dan menemukan artikel yang cukup menarik untuk dibahas yang pada garis besarnya adalah sang pemilik STARBUKS tidak hanya sekedar menawarkan kopinya saja dalam benrbisnis, namun beliau menawarkan suasana atmosfir yang cukup cocok untuk menyesuaikan dengan apa yang diminumannya yaitu kopi,

Penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan (culture) merupakan pengaruh yang signifikan pada perilaku konsumsi dan kepemilikan barang. Terlebih pada produk konsumen yang lebih sensitif terhadap pengaruh budaya di banding produk industri. Salah satu dari sekian banyak produk konsumen sehari-hari ialah makanan/minuman, yang tidak bisa dipisahkan dari perilaku sehari-hari di suatu budaya. Starbucks merupakan satu di antaranya yang patut menjadi sorotan.
            Begitu banyak nama brand-brand besar Amerika yang menjadi top-mind hampir di setiap benak orang di dunia. Ambil contoh Coca-cola, McDonalds, Pizza Hut, Burger King, dengan budaya Amerika-nya yang cukup kental. Jika diminta menyebutkan satu brand tentang kopi representasi Amerika, apa yang ada di benak Anda?
Starbucks tentu cepat terlintas di benak kita. Logo yang didominasi warna hijau dan hitam itu tidak sulit ditemukan di kota-kota besar sebuah negara. Saat ini jumlah outlet Starbucks mencapai 7590 outlet di Amerika Serikat, dan 3275 di negara lain di seluruh dunia, dengan rata-rata mendirikan 5 outlet setiap harinya. Sekedar informasi, 24% dari pelanggannya rata-rata mengunjungi Starbucks 16 kali per bulan. Dan rencana jangka panjangnya, Starbucks akan memiliki 15.000 outlet di AS, dan 30.000 secara global. Menurut Barry Glassner, penulis buku The Culture of Fear, Starbucks sudah menemukan cara menjangkau sisi demografis dari tiap kultur di dunia. Jika begitu apa yang membuat Starbucks diterima masyarakat global? Dan apakah benar bahwa Starbucks membawa subkultur baru ke dunia?
Starbucks bukan sekedar menjual kopi dengan kualitas tinggi namun juga menjual atmosfernya. Atmosfer dimana orang nyaman untuk duduk-duduk, berkumpul dengan kerabat, berbicang-bincang bisnis, dan berbagai aktivitas lain. Hal lain yang unik dari kedai kopi ini adalah kehadiran barista terlatih yang lincah dalam membuat dan menyajikan latte pesanan kita dan nama-nama kreatif untuk setiap menunya. Manajemen Starbucks sangat berempati terhadap pentingnya membuat senang pelanggan dan membuat pelanggan sangat puas. Mottonya dengan “just say yes” kepada setiap permintaan konsumen, dan menyajikan kualitas asli bahan-bahan pembuat menunya dan tidak pernah memakai bahan artifisial. Dan hal penting yang membuat perusahaan ini sukses ialah konsistensinya dalam mempertahankan ‘feel’ positif pada pelanggan. Peran karyawan juga sangat besar untuk menciptakan hubungan baik yang membuat pelanggan merasa ‘welcome’ sehingga ingin kembali lagi dan membuat pelanggan seluruh dunia rata-rata mengeluarkan US$ 5. 
Dikaitkan dengan budaya, Starbucks memang identik dengan Amerika dan gaya hidup barat. Di Asia, seperti di Jepang, masyarakatnya lebih suka minum kopi bersama makan pagi atau siang. Di China, mereka lebih suka meminum teh yang memang merupakan budaya negara tersebut. Di Indonesia, budaya minum kopi di masyarakat sebelumnya hanya semata dengan tujuan tertentu, misalnya untuk menjaga agar tidak mengantuk saat menyupir, jaga malam di kompleks, dsb. Starbucks melakukan pendekatan dengan menyuguhkan kebutuhan masyarakat setempat seperti di Jepang, Starbucks memiliki pemanggang roti di tiap outletnya, dan modifikasi lain untuk menciptakan hubungan baik dengan pelanggan.  
Berikutnya, Starbucks mengembangkan bisnisnya ke arah pop culture. Misalnya dengan menjual CD musik, film, dan buku di beberapa outletnya. Diharapkan konsumen bukan hanya melakukan kegiatan minum kopi di Starbucks. Kembali ke ide penciptaan atmosfer Starbucks yang merupakan salah satu peran besar kesuksesannya berlanjut dengan dihadirkannya fasilitas Wi-Fi yang mengundang minat khalayak untung datang. Orang tidak sekedar mengecek e-mail di laptop dan mendengarkan musik MP3. People are using our stores in ways we never imagined,”  kata Howard Schultz, salah satu chairman Starbucks.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung :))