cari tau

Sunday, 26 February 2012

Luv



Ini adalah gabungan antara 2 artikel, cekidot !!

KALO CINTA, Jangan Pacaran..!



Sobat.. Allah telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad lewat malaikat Jibril atas dasar CintaNya terhadap hambaNya. Dan atas dasar cinta pula, Nabi Muhammad dan para Sahabat rela disiksa oleh kaum kfir Quraisy Mekkah demi agar Agama ini (baca:Islam) sampai kepada kita umat akhir zaman.

Cinta adalah fitrah yang Allah berikan terhadap manusia, agar mereka saling peduli dan saling menyayangi satu sama lain. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar-Rum:21:

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya aialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Sungguh, cinta yang sebenarnya haruslah membawa rasa tentram dalam jiwa orang yang merasakannya-baik dalam keadaan senang maupun sedih- bukan justru menimbulkan keresahan, rasa benci dan dendam, seperti yang senantiasa dirasakan oleh para aktivis pacaran. Rasa gundah dan gelisah serta ketakutan pacarnya direbut orang. Singkatnya, cinta yang sebenarnya adalah segala cinta yang berlandaskan kecintaan terhadap Allah SWT. Cinta kepada Allah mampu membuat seorang hamba manjadi sangat soleh, santun, dan baik budi pekerti karna orang yang hatinya selalu lekat dengan namaNya, maka Allah akan menjadi matanya ketika dia melihat, Allah akan menjadi kakinya ketika dia melangkah, Allah akan menjadi tangannya ketika dia berbuat, Allah akan menjadi otaknya ketika dia berfikir. Dan sudah barang tentu, cinta kepada Allah juga harus disertai dengan cinta kita terhadap Rasul dan terhadap apa saja yang Allah cintai… jika Allah mencintai orang yang menjauhkan diri dari berbuat zina, maka berusahalah untuk menjauhkan diri dari berbuat zina… dan jika Allah mencintai hambaNya yang menjaga kehormatan dan memuliakan cintanya terhadap lawan jenis HANYA dengan menikah, maka menikahlah….

Next, bagaimana dengan orang yang mencintai lawan jenisnya lalu mengekspresikannya dengan pacaran??

Yang Pertama, jelas sedikitnya orang itu sudah membenci apa yang Allah cintai, yaitu HANYA mengekspresikan cinta terhadap lawan jenis dengan jalan pernikahan.

Yang Kedua, perhatikanlah kedua hadis di bawah ini:

“Barangsiapa memunculkan di dalam Agama kami ini sesuatu yang bukan berasal darinya, maka dia tertolak.”(Muttafaq’alaih dari Aisyah).

“Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami atasnya, maka dia tertolak.”(HR. Muslim).

Kata”Raddun” (tertolak) dalam hadis di atas bermakna ditolak amalnya juga mendapatkan dosa…

Nah sekarang saya mo tanya, adakah 1 pun dalil atau hadis yang memerintahkan kita untuk pacaran?? Jawab dengan jujur!! Jelas Tidak ada. Maka mengapa masih ada saja yang melaksanakannya. Adapun orang menyama-nyamakan antara pacaran dengan ta’aruf menuju khitbah (lamaran), itu hanya bentuk penglegalisasian segolongn orang. Ta’aruf sangat beda jauh dengan pacaran. Ta’aruf memiliki adab-adab tertentu, seperti salah satunya Jangan Berkhalwat. Sedangkan dalam pacaran, justru aktivitas khalwat adalah hal yang wajib dan pasti dilakukan oleh para pelaku pacaran. Sekalipun raganya ga khalwat, tapi HP-nya bisa mewakili mereka berkhalwat dengan saling telpon atau sms untuk mengungkapkan perhatian. Bahkan surat pun bisa mewakili khalwat mereka.

Yang Ketiga, dalam pacaran, atas nama cinta, mereka melakukan hal-hal yang dilarang Allah, bahkan ga jarang atas nama cinta juga mereka melakukan hubungan seks… Naudzubillah, sesungguhnya pacaran hanya akan mengotori kemuliaan dan kesucian cinta itu sendiri. So, kalo cinta, Jangan Pacaran…

Dan terakhir, yang Keempat, karna pacaran adalah pintu gerbang sekaligus jalan bebas hambatan melakukan berbagai bentuk perzinaan, maka Pacaran hukumnya HARAM, berdasarkan Kaidah Ushul Fikih,”Al wasilatu alal haromi, muharromatun.”, artinya, sarana yang mengantarkan pada keharaman, maka hukumnya Haram. Wallahu alam bi ash-shawab.



Ketika pacaran sudah menjadi budaya yang menggurita, maka mengatakan 'tidak' untuk pacaran adalah perjuangan yang sungguh berat. Karenanya banyak yang kemudian berpikir untuk 'menerima' pacaran, dengan logika dan dalil-dalil yang bisa memuaskan sebagian orang. Tidak heran jika kemudian muncul 'pembolehan' pacaran dengan atas nama 'psikologi', 'hak asasi', 'cinta adalah fitrah', bahkan terkadang atas nama ' Islam' . Nah ! Khusus yang terakhir ini, yang membawa-bawa nama Islam, kita perlu bahas lebih lanjut.

Islam membolehkan pacaran ? Akan sangat mudah bagi mereka yang mau dan tidak malu. Tinggal pilih-pilih dalil yang melegakan tentang nilai-nilai cinta secara universal, jadilah pacaran itu boleh. Saya pernah satu forum dengan 'ustadz' -yang kebetulan memakai blangkon- , ketika ditanyakan padanya tentang hukum pacaran. Maka segera saja meluncur dalil-dalil cinta universal dalam Islam, yaitu ukhuwah islamiyah. Dengan bahasa arab yang fasih, mulailah beliau menyitir dalil sabda Rasulullah SAW :

Tidak beriman seorang dari kamu, hingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR Bukhori & Muslim).

Nah, jadilah cinta kepada saudara se-islam menjadi dalil pendukung pacaran.
Bagitu pula saat mendengat ayat, Allah SWT berfirman :

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. (Al-Hujurot 13).

Beberapa dengan percaya diri menyatakan bahwa pacaran , tidak lain dan tidak bukan adalah upaya saling mengenal antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana disebutkan dengan jelas pada ayat di atas. Maka jadilah mereka bersemangat dalam pacaran, sebagai sebuah usaha mengimplementasikan ajaran Al-Quran untuk saling mengenal antara laki-laki dan perempuan. Alaaah..alaah !

Sebenarnya banyak hadits lain tentang nilai cinta ukhuwah yang universal yang sering disempitkan menjadi cinta antara dua sejoli. Bahkan lebih dikerucutkan kepada aktifitas-aktifitas khusus pacaran. Misalnya saja, tentang 'menembak' sang incaran dengan kata 'aku suka kamu' atau 'aku cinta kamu'. Aktifitas ini kadang dihubung-hubungkan dengan sebuah hadits :

Dari Anas bin Malik ra, bahwasanya ada seorang bersama dengan Nabi SAW, kemudian lewatlah seorang laki-laki lain. Laki-laki (yang bersama Nabi) itu mengatakan : Ya Rasulullah, Sungguh aku mencintai laki-laki itu . Maka Rasulullah SAW menjawab padanya : " Apakah engkau sudah beritahukan (rasa cintamu) kepada dia ?. Dia menjawab : Belum. Lalu Rasulullah SAW mengatakan : (jika begitu) Beritahukan pada dia. Maka kemudian ia menyusul laki-laki tersebut dan mengatakan " Inni uhibbuka fillah" (aku mencintaimu karena Allah), maka laki-laki tersebut menjawab : Semoga Allah yang engkau mencintaiku karena-Nya, juga mencintaimu ! " (HR Abu Dawud dengan isnad shahih)

Nah, berlandaskan hadits di atas, ada yang melegalkan aktifitas 'menembak' lawan jenisnya untuk melamar jadi pacar dengan ungkapan : Aku cinta kamu, sebagaimana di isyaratkan dalam hadits tersebut. Lagi-lagi kasusnya sama, makna 'cinta' yang begitu luas dalam ukhuwah Islam kembali disempitkan atas nama cinta dua sejoli. Bahkan agar terkesan lebih islami dan menggetarkan, ada juga yang tanpa tedeng aling-aling menyatakan :

" Aku mencintaimu karena Allah ! ".

Tidak lupa dihiasi dengan tatapan mata yang sayu penuh harap. Itu sebuah statemen yang harus dipertanggungjawabkan kelak. Bagaimana mungkin mencintai seseorang karena Allah, tapi pada saat yang sama melecehkan aturan-aturan Islam dalam masalah pergaulan lawan jenis. Astaghfirullah.

Misal yang lain, ada yang membolehkan 'aktifitas pacaran' berupa apel malam minggu, jalan-jalan dan makan-makan, asal ada yang nemeni. Ada satpam atau pihak ketiga yang bertugas melakukan pengawasan. Bisa jadi sang adik, kakak, tetangga, atau bahkan ortu sendiri yang ikut nemeni sang gadis saat si doi apel ke rumahnya. Dengan kata lain, selama aktifitas tidak berduaan maka pacaran menjadi sah dalam pandangan mereka. Hadits yang dipaksa untuk digunakan dalam hal ini :

Dari Jabir bin Abdullah ra, Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia menyendiri ( berduaan) bersama seorang wanita tanpa ditemani mahromnya, karena yang ketiganya adalah setan" (HR Ahmad)

Dari hadits di atas, diambillah sebuah kesimpulan yang sederhana : boleh pacaran asal ditemeni. Jadi jika sang pacar datang ke rumah, para orang tua ikut menemani ngobrol. Atau bisa juga mengawasi dari jarak jauh, jika sang pacar mulai senyum-senyum merapat, akan ada suara batuk-batuk dari kejauhan. Wah ..wah..

Lebih parah lagi kalau ada yang menyatakan ; yang penting orang tua setuju dan ridho anaknya pacaran ? Bukankah dalam hadits disebutkan : Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda : keridhoan Rabb (Allah) ada dalam keridhoan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orangtua (HR Thobroni, Baihaqi dalam Sya'bul Iman, Albani menshahihkannya)

Nah, jika para orang tua saja sudah rela anaknya di pacari, bahkan banyak juga yang bangga jika anaknya sudah ada yang ngapeli, lalu apa urusannya melarang-larang orang pacaran ? .

Hari ini banyak kita lihat, betapa banyak orang tua yang khawatir saat anak gadisnya tak kunjung punya pacar. Lalu mereka menggunakan beragam cara agar tampilan si gadis lebih cantik dan menarik. Jika si gadis kebetulan berjilbab, maka terkadang di paksa untuk melepas jilbabnya. Naudzubillah.

Sweet


Artikel kali ini saya dapat dari catatan d facebook yang semoga menginspirasi bagi pembacanya :D

Cerita Cinta dari Murobbiku

Islamedia - Baru saja Sang Suami tiba di kantor, pagi itu Ia harus menggunakan motor yang biasa di pakai oleh istrinya. Karena motor yang biasa dipakai Suami sedang ngambek, mogok gak mau jalan. Padahal hari itu adalah jadwal Istrinya untuk berobat ke Dokter, yaitu cek darah di Laboratorium.


Pekan lalu sang istri oleh Dokter, didiagnosa menderita ‘syaraf kejepit’ di kedua tangannya. Dan harus melakukan serangkaian pemeriksaan, yaitu cek darah dan MRI. Kalau diperlukan, mungkin harus dengan tindakan operasi . Alhamdulillah…, hebatnya sang istri tidak pernah merasa itu sebagai ‘cobaan’, situasi yang susah, justru sebaliknya sehingga dengan tetap semangat. Dengan naik ojeg sekalipun Ia menjalani rangkaian pemeriksaan itu. Sepertinya sudah terbiasa sang istri menghadapi itu.


Ketika sedang asyik, menyiapkan berkas-berkas pekerjaan kantornya, tiba-tiba bunyi SMS masuk di HP sang Suami.

Tet…tet…tet…


Segera sang Suami, membuka Inbox di HP-nya. Ternyata SMS dari seorang wanita, dengan inisial My Luv… Sang suami sengaja memakai nama My Luv… untuk inisial istrinya. Ternyata sang Suami begitu sayang. Untuk menghargai seorang wanita, yang telah menemani menjadi pasangan hidupnya hampir 12 tahun ini, maka memberi nama inisial istrinya di HP-nya, dengan nama My Luv…. Walaupun hanya sekedar inisial, kecil memang, tetapi Ia ingin menunjukkan rasa sayangnya kepada Istrinya. Dengan cara yang sederhana sekalipun.

“Umi br jalan, naik ojeg.”
“Doa in ya Say…”


Sang istri pagi itu ‘rela’ harus naik ojeg untuk pergi ke Dokter, seorang diri. Karena motor yang biasa Ia pakai, harus direlakan untuk dipakai sang Suami.
Sang Suami cepat-cepat membalas SMS itu…

“Ok Luv…”
“Hati2 ya…”
“Doaku utk istri TERCINTA…”


Dijawab lagi oleh sang Istri.
“Insya Allah… muah2…”


Kemudian sang Suamipun mendoakan istrinya…, melalaui SMS.
“Ya Allah, sampaikan keberkahan untuk istriku”
“Berikan keselamatan dlm tiap perjalanannya”
“Berikan kesembuhan atas semua penyakitnya”
“Berilah kesabaran & keridhoanMu… atas semuanya”
“Semoga Allah SWT mencata sebagai amal kebaikan Istriku…”

Sang istri yang sedang diperjalanan, diatas motor ojegnya, menyempatkan mengakhiri menulis SMS ke Suami. Karena sebentar lagi sampai di Rumah Sakit.
“Amin yaa Robbal Alamiin”
“Semoga Allah melimpahkan itu semua buat suamiku…”
………………………..


Saya mengenal betul, betapa sang Suami diberikan kesabaran yang amat sangat. Sebab bukan pagi itu saja ‘urusan ke Dokter’ dilalui oleh mereka. Sudah seringkali mereka keluar masuk rumah sakit. Sang istri, beberapa kali masuk UGD atau dirawat karena penyakit asma yang dideritanya sejak usia 3 tahun. Bahkan sekali pernah masuk perawatan ICU, karena cukup berat asmanya saat itu. Bahkan ketika hamil, mengandung anak-anaknya harus juga dirawat di rumah sakit, karena kondisi badannya yang lemah saat mengandung.


Penyakit asmanya itu yang membuat sang Istri harus mimun obat terus menerus, sampai sekarang. Sehingga dokterpun pernah berucap, bahwa kondisi badan sang Istri itu, termasuk detak jantungnya, dibawah rata-rata orang sehat. Karena itu badannya lemah, pengaruh dari obat yang terus menerus diminum. Karena kondisi badannya yang lemah ini, sang istri tidak cukup kuat untuk beraktifitas termasuk menggendong anak-anaknya. Maka ketika bayi-bayi mereka sudah mulai besar. Sang suamilah yang sering menggendong anak-anak mereka. Sehingga tidak heran, anak-anaknya lebih sering bergelayutan pada sang Suami.

Bisa jadi karena pengaruh obat itu juga, setiap organ anggota tubuhnya menjadi tidak optimal. Operasi batu empedu, operasi usus buntu pernah dilakukan terhadap sang Istri. Belum lagi yang dua kali kehamilan istrinya, juga harus dioperasi cesar. Tetapi itu semua operasi tidak membuat istri berkecil hati. Ia tetap beraktifitas sebagaimana orang sehat pada umunya. Tetap ikut halaqoh, atau kegiatan amal jamai’ lainnya, tentunya ketika kondisinya sedang fit.


Ketika saya tanya, apa resepnya sehingga sang Suami begitu sabar.


Sang suami berucap sederhana…
“Akhi… karena ana sudah mempersiapkan sejak ta’aruf...”
“Ana sudah tahu calon istri punya penyakit asma…”
“Ana harus bertanggung jawab…”


Saya berdecak kagum pada kata tanggung jawab, luar biasa itu. Belum tentu saya bisa melakukannya.
Lalu saya coba iseng tanya lagi.
“Afwan, antum tidak capek menghadapi semua ini…?”


Lagi-lagi jawaban yang sederhana…
“Akhi… kalau ana capek, tidur jadi nyeyak… he…he….”
“Bukankah…tidurnya seseorang karena lelah beraktifitas untuk menafkahi keluarganya, maka Allah akan mencatatnya sebagai amal kebaikan… “


Luar biasa Murobbi ku ini…, pantesan, seringkali ketika memberi taujih tentang keluarga rasanya sangat menjiwai. Sangat beruntung saya menjadinya mad’u-nya…. Subhanallah….


Kawan…,


Itulah sepenggal kisah nyata dari pasangan suami istri. Yang aku mengenal sekali mereka. Murobbi saya. Sekalipun sudah lama menikah, dan sudah dikaruniai 4 orang anak, mereka masih mesra. Seperti pasangan baru menikah saja.
Itulah hebatnya cinta, manakala dikelola dengan keimanan, manajamen langit. Tak dipengaruhi oleh usia, tak dipengaruhi oleh ‘keadaan yang susah’, mereka berusaha untuk menjalani secara Sunatullah… Menjalani dengan cara pandang positif, berbaik sangka pada Allah SWT.


Saturday, 25 February 2012

Starbucks

Pada postingan saya kali ini terispirasi dari percakapan di facebook seseorang yang sedang ayik membicarakan tentang STARBUKS tentunya saya tak mau tinggal diam, kemudian saya cari dan menemukan artikel yang cukup menarik untuk dibahas yang pada garis besarnya adalah sang pemilik STARBUKS tidak hanya sekedar menawarkan kopinya saja dalam benrbisnis, namun beliau menawarkan suasana atmosfir yang cukup cocok untuk menyesuaikan dengan apa yang diminumannya yaitu kopi,

Penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan (culture) merupakan pengaruh yang signifikan pada perilaku konsumsi dan kepemilikan barang. Terlebih pada produk konsumen yang lebih sensitif terhadap pengaruh budaya di banding produk industri. Salah satu dari sekian banyak produk konsumen sehari-hari ialah makanan/minuman, yang tidak bisa dipisahkan dari perilaku sehari-hari di suatu budaya. Starbucks merupakan satu di antaranya yang patut menjadi sorotan.
            Begitu banyak nama brand-brand besar Amerika yang menjadi top-mind hampir di setiap benak orang di dunia. Ambil contoh Coca-cola, McDonalds, Pizza Hut, Burger King, dengan budaya Amerika-nya yang cukup kental. Jika diminta menyebutkan satu brand tentang kopi representasi Amerika, apa yang ada di benak Anda?
Starbucks tentu cepat terlintas di benak kita. Logo yang didominasi warna hijau dan hitam itu tidak sulit ditemukan di kota-kota besar sebuah negara. Saat ini jumlah outlet Starbucks mencapai 7590 outlet di Amerika Serikat, dan 3275 di negara lain di seluruh dunia, dengan rata-rata mendirikan 5 outlet setiap harinya. Sekedar informasi, 24% dari pelanggannya rata-rata mengunjungi Starbucks 16 kali per bulan. Dan rencana jangka panjangnya, Starbucks akan memiliki 15.000 outlet di AS, dan 30.000 secara global. Menurut Barry Glassner, penulis buku The Culture of Fear, Starbucks sudah menemukan cara menjangkau sisi demografis dari tiap kultur di dunia. Jika begitu apa yang membuat Starbucks diterima masyarakat global? Dan apakah benar bahwa Starbucks membawa subkultur baru ke dunia?
Starbucks bukan sekedar menjual kopi dengan kualitas tinggi namun juga menjual atmosfernya. Atmosfer dimana orang nyaman untuk duduk-duduk, berkumpul dengan kerabat, berbicang-bincang bisnis, dan berbagai aktivitas lain. Hal lain yang unik dari kedai kopi ini adalah kehadiran barista terlatih yang lincah dalam membuat dan menyajikan latte pesanan kita dan nama-nama kreatif untuk setiap menunya. Manajemen Starbucks sangat berempati terhadap pentingnya membuat senang pelanggan dan membuat pelanggan sangat puas. Mottonya dengan “just say yes” kepada setiap permintaan konsumen, dan menyajikan kualitas asli bahan-bahan pembuat menunya dan tidak pernah memakai bahan artifisial. Dan hal penting yang membuat perusahaan ini sukses ialah konsistensinya dalam mempertahankan ‘feel’ positif pada pelanggan. Peran karyawan juga sangat besar untuk menciptakan hubungan baik yang membuat pelanggan merasa ‘welcome’ sehingga ingin kembali lagi dan membuat pelanggan seluruh dunia rata-rata mengeluarkan US$ 5. 
Dikaitkan dengan budaya, Starbucks memang identik dengan Amerika dan gaya hidup barat. Di Asia, seperti di Jepang, masyarakatnya lebih suka minum kopi bersama makan pagi atau siang. Di China, mereka lebih suka meminum teh yang memang merupakan budaya negara tersebut. Di Indonesia, budaya minum kopi di masyarakat sebelumnya hanya semata dengan tujuan tertentu, misalnya untuk menjaga agar tidak mengantuk saat menyupir, jaga malam di kompleks, dsb. Starbucks melakukan pendekatan dengan menyuguhkan kebutuhan masyarakat setempat seperti di Jepang, Starbucks memiliki pemanggang roti di tiap outletnya, dan modifikasi lain untuk menciptakan hubungan baik dengan pelanggan.  
Berikutnya, Starbucks mengembangkan bisnisnya ke arah pop culture. Misalnya dengan menjual CD musik, film, dan buku di beberapa outletnya. Diharapkan konsumen bukan hanya melakukan kegiatan minum kopi di Starbucks. Kembali ke ide penciptaan atmosfer Starbucks yang merupakan salah satu peran besar kesuksesannya berlanjut dengan dihadirkannya fasilitas Wi-Fi yang mengundang minat khalayak untung datang. Orang tidak sekedar mengecek e-mail di laptop dan mendengarkan musik MP3. People are using our stores in ways we never imagined,”  kata Howard Schultz, salah satu chairman Starbucks.

Friday, 24 February 2012

10 Muwashofat (10 Ciri Pribadi Muslim)



Mungkin anda termasuk yang sering mendengar 10 pribadi dalam seorang mulsim atau sering di sebut dengan 10 muwashofat, dan kalau belum tau apa itu 10 pribadi seorang muslim, Check This Out.!

1. Salimul Aqidah (aqidahnya bersih)
Akidah adalah asas dari amal. Amal-amal yang baik dan diridhai Allah lahir dari aqidah yang bersih. Dari sini akan lahir pribadi-pribadi yang memiliki jiwa merdeka, keberanian yang tinggi, dan ketenangan. Sebab, tak ada ikatan dunia yang mampu membelenggunya, kecuali ikatan kepada Allah swt. Seorang kader dakwah yang baik akan selalu menjaga kemurnian aqidahnya dengan memperhatikan amalan-amalan yang bisa mencederai keimanan dan mendatangkan kemusyrikan. Sebaliknya, selalu berusaha melakukan amalan-amalan yang senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Aplikasi: Senantiasa bertaqorrub (menjalin hubungan) dengan Allah, ikhlas dalam setiap amal, mengingat hari akhir dan bersiap diri menghadapinya, melaksanakan ibadah wajib dan sunnah, dzikrullah di setiap waktu dan keadaan, menjauhi praktik yang membawa pada kemusyrikan.


2. Shahihul Ibadah (ibadahnya benar)
Ibadah, wajib dan sunnah, merupakan sarana komunikasi seorang hamba dengan Allah swt. Kedekatan seorang hamba ditentukan oleh intensitas ibadahnya. Ibadah menjadi salah satu pintu masuk kemenangan dakwah. Sebab, ibadah yang dilakukan dengan ihsan akan mendatangkan kecintaan Allah swt. Dan kecintaan Allah akan mendatangkan pertolongan.
Aplikasi: Menjaga kesucian jiwa, berada dalam keadaan berwudhu di setiap keadaan, khusyu dalam shalat, menjaga waktu-waktu shalat, biasakan shalat berjamaah di masjid, laksanakan shalat sunnah, tilawah al-Qur’an dengan bacaan yang baik, puasa Ramadhan, laksanakan haji jika ada kesempatan.
3. Matinul Khuluq (akhlaqnya tegar)
Seorang kader dakwah harus ber-iltizam dengan akhlaq islam. Sekaligus memberikan gambaran yang benar dan menjadi qudwah (teladan) dalam berperilaku. Kesalahan khuliqiyah pada seorang kader dakwah akan berdampak terhadap keberhasilan dakwah.
Aplikasi: Tidak takabur, tidak dusta, tidak mencibir dengan isyarat apapun, tidak menghina dan meremehkan orang lain, memenuhi janji menghindari hal yang sia-sia, pemberani, memuliakan tetangga. Bersungguh-sungguh dalam bekerja, menjenguk orang sakit, sedkit bercanda, tawadhu tanpa merendahkan diri.
4. Qadirul’alal Kasb (kemampuan berpenghasilan)
Kita mengenal prinsip dakwah yang berbunyi ”shunduquna juyubuna (sumber keuangan kita dari kantong kita sendiri)”. Yang berarti setiap kader harus menyadari bahwa dakwah membutuhkan pengorbanan harta. Oleh karena itu setiap kader dakwah harus senantiasa bekerja dan berpenghasilan dengan cara yang halal. Tidak menjadikan dakwah sebagai sumber kehidupan.
Aplikasi: Menjauhi sumber penghasilan haram, menjauhi riba, membayar riba, membayar zakat, menabung meski sedikit, tidak menunda hak dalam melaksanakan hak orang lain, bekerja dan berpenghasilan, tidak berambisi menjadi pegawai negeri. Mengutamakan produk umat Islam, tidak membelanjakan harta kepada non-muslim.
5. Mutsaqaful Fiqr (pikirannya intelek)
Intelektualitas seorang kader dakwah menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan dakwah. Sejarah para nabi juga memperlihatkan hal itu. Kita melihat bagaimana ketinggian intelektualitas Nabi Ibrahim, dengan bimbingan wahyu, mampu mematahkan argumentasi Namrud. Begitu pula kecerdasan Rasul dalam mengemban amanah dakwahnya, sehingga ia digelari fathonah (orang yang cerdas).
Aplikasi: Baik dalam membaca dan menulis. Upayakan mampu berbahasa Arab, menguasai hal-hal tertentu dalam masalah fiqih seperti shalat, thaharah dan puasa, memahami syumuliatul Islam, memahami ghazwul fikri, mengetahui problematika kaum nasional dan internasional, menghafal al-Qur’an dan hadits, memiliki perpustakaan pribadi sekecil apapun.
6. Qawiyul Jism (fisiknya kuat)
Beban dakwah yang diemban para kader dakwah sangat berat. Kekuatan ruhiyah dan fikriyah saja tidak cukup untuk mengemban amanah itu. Harus ditopang oleh kekuatan fisik yang prima. Sejumlah keterangan al-Qur’an dan Hadits menjelaskan betapa pentingnya aspek ini.
Aplikasi: Bersih pakaian, badan dan tempat tinggal, menjaga adab makan dan minum sesuai dengan sunnah, berolahraga, bangun sebelum fajar, tidak merokok, selektif dalam memilih produk makanan, hindari makanan/minuman yang menimbulkan ketagihan, puasa sunnah, memeriksakan kesehatan.
7. Mujahidu Linafsihi (bersungguh-sungguh)
Bersungguh-sungguh adalah salah satu ciri orang mukmin. Tak ada keberhasilan yang diperoleh tanpa kesungguhan. Kesadaran bahwa kehidupan manusia di dunia ini sangat singkat, dan kehidupan abadi adalah kehidupan akhirat, akan melahirkan kesungguhan dalam menjalani kehidupan.
Aplikasi: Menjauhi segala yang haram, menjauhi tempet-tempat maksiat, memerangi dorongan nafsu, selalu menyertakan niat jihad, hindari mengkonsumsi yang mubah, menyumbangkan harta untuk amal islami, menyesuaikan perkataan dengan perbuatan, memenuhi janji, sabar, berani menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
8. Munazham fi syu’unihi (teratur dalam semua urusannya)
Seorang kader dakwah harus mampu membangun keteraturan dalam kehidupan pribadi dan keluarganya agar bisa menghadapi persoalan umat yang rumit dan kompleks.
Apalikasi: Memperbaiki penampilan, jadikan shalat sebagai penata waktu, teratur di dalam rumah dan tempat kerjanya, disiplin dalam bekerja, memprogram semua urusan, berpikir secara ilmiah untuk memecahkan persoalan, tepat waktu dan teratur.
9. Haritsun ’ala waqtihi (efisien menjaga waktu)
Untuk menggambarkan betapa pentingnya waktu, ada pepatah mengatakan ”waktu ibarat pedang”. Bila tak mampu dimanfaatkan maka pedang waktu akan menebas leher kita sendiri. Seorang kader harus mampu seefektif mungkin memanfaatkan waktu yang terus bergerak. Tak boleh ada yang terbuang percuma.
Aplikasi: Bangun pagi, menghabiskan waktu untuk belajar, mempersingkat semua urusan (tidak bertele-tele). Mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, tidak tidur setelah fajar.
10. Nafi’un Lighairihi (berguna bagi orang lain)
Rasul menggambarkan kehidupan seorang mukmin itu seperti lebah yang akan memberi manfaat pada lingkungan sekitarnya. Kader dakwah memberi manfaat karena setiap ucapan dan gerakannya akan menjadi teladan bagi sekitarnya.
Aplikasi: Melaksanakan hak orang tua, ikut berpartisipasi dalam kegembiraan, membantu yang membutuhkan, menikah dengan pasangan yang sesuai, komitmen dengan adab Islam di dalam rumah, melaksanakan hak-hak pasangannya (suami-istri), melaksanakan hak-hak anak, memberi hadiah pada tetangga, mendo’akan yang bersin.

Friday, 17 February 2012

Terjemahan Makna Surat Al-Israa’ [17] Ayat 44


Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.